Sunday 11 December 2011

Just Let it Go..

Siapa di dunia ini yang tidak ingin bahagia? I bet there's no-one. Tapi kenyataan terkadang tidak seindah dengan apa yang dibayangkan. Ingin a, dapat b. Ingin b, dapat a. But the only thing you can do is to be grateful for what you've got. No matter what it is. Ketika semuanya dijalani dengan penuh syukur, percayalah Tuhan akan memberi yang lebih baik. Tentu saja dengan catatan: berusaha. Sama saja bohong kita selalu meminta pada Tuhan, tapi ga ada satu usaha pun yang kita lakukan. Ketika kita sudah berusaha, Tuhan pasti akan memberikan apa yang kita butuhkan. Kita ga minta aja Tuhan memberi. Apalagi kalau kita minta?

Memang, apa yang Tuhan beri seringkali bukan apa yang kita mau, tapi apa yang kita butuhkan. Ketika kita sangat berharap untuk mendapatkannya, namun jika kemudian Tuhan berkata 'tidak' atau mungkin 'belum waktunya', kita pun tidak bisa melawanNya. Dan salah satu hal yang kemudian menjadi tersulit adalah: untuk merelakannya.

Ya. Rela, mungkin dapat dengan mudah diucapkan di mulut, namun sangat sulit dilakukan. Rela itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bersedia dengan ikhlas hati, dapat diterima dengan senang hati. Untuk awalnya memang mungkin kita sulit untuk mengikhlaskan sesuatu, yaitu merelakan sesuatu hal yang kita harapkan, nantikan dan kita inginkan. Sesuatu yang mungkin bagi kita merupakan tolok ukur kebahagiaan hidup ini. Tapi ketika kita kemudian memutuskan untuk merelakannya, percayalah, semua akan terasa lebih ringan. Beban yang awalnya di punggung terasa berat, menjadi lebih ringan dan hati pun menjadi semakin plong. Meskipun ada beberapa hal yang terkadang menimbulkan satu pertanyaan dalam otak ini, ''why?'' namun ketika Tuhan mendengarnya, mungkin Dia akan berkata, ''Dear my lovely daughter, why not? I’ll give you what you need, not what you want. Because I know you best and the best for you and I’ll give it to you. Just be patient''

Seseorang yang gw temui di gereja, yang kemudian membesarkan hati gw dan membuat gw berpikir, ok then. Maybe this is the time. Seseorang ibu ibu tua yang entah darimana datangnya, dan tiba tiba berbicara,''Mba, namanya siapa? Ada waktu? Jika ada, dan ga keberatan, bisa kita berdoa bersama? Apa yang mba mohon ke Tuhan, kalau boleh saya tau?'' Jedaaarr! Antara bingung, takut, dan ragu campur menjadi satu. Akhirnya gw pun bercerita. Lalu akhirnya kami berdoa bersama. Doa yang sangat membuat hati ini merasa tenang, dan menguatkan keputusan gw untuk kemudian merelakan hal tersebut. She appeared just like a ghost but then disappeared just like an angel. Well, at least an angel for me. I didn't know where she come from. Yang gw tau, sebelumnya dia seperti mengunjungi seseorang juga di dalam gereja. Setelah berdoa bersama, dia kemudian memberikan wejangan layaknya seorang nenek ke cucunya. ''Tenang saja, Inda, Tuhan pasti memberikan yang sungguh-sungguh baik untuk kamu. Yang terpenting adalah, kita harus percaya.''

Pertemuan singkat di selasa pagi itu seolah memberi kekuatan kepada gw, dan akhirnya membuat gw merasa lebih ringan dalam merelakan hal tersebut. Setelah sekian lama waktu penantian dan berharap, gw akhirnya menjadi lebih tersadar. Entah mungkin bukan sekarang waktunya ataupun mungkin bukan hal tersebut yang gw butuhkan saat ini. Dan ketika waktunya tiba, sesuatu yang kita butuhkan ini akan datang, and sometimes it comes at unpredictable time and at unbelievable moment. Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Segala sesuatu yang ada di dunia ini ada masanya. Hingga kemudian, di waktu yang tepat, Tuhan akan mempertemukan dan kemudian menjadikan semuanya sempurna, dan bahagia.. All you need to do then is: to believe. Miracles do exist.

Tuesday 4 October 2011

Konsumerisme

Hello October!

Hari ini, gw dan mama pergi untuk belanja bulanan di salah satu wholesaler yang bisa dikatakan baru di Indonesia. Yap. Lotte Mart Indonesia, yang dulu adalah Makro. Lebih tepatnya kami berbelanja di Lotte Mart Bintaro sektor tujuh. Lotte Mart Bintaro ini pun baru beberapa hari yang lalu melakukan grand opening, yaitu pada tanggal 29 September 2011.

Pada saat pembukaannya, masyarakat, terutama yang bertempat tinggal di Bintaro dan sekitarnya berbondong-bondong pergi kesana. Bahkan membuat jalanan sekitarnya yang biasanya lancar, seketika menjadi macet. Entah itu untuk sekedar cuci mata, ataupun memang untuk berbelanja. Segala stimulus yang bisa menimbulkan rasa "ingin belanja" dan "perlu belanja" pun dilakukan oleh pihak Lotte Mart. Dimulai dari pemilihan tanggal grand opening yaitu akhir bulan, yaitu setelah para karyawan mendapat gaji, uang bisa digunakan untuk berbelanja dan mendekati awal bulan, dimana tentu saja ibu-ibu mempunyai agenda khusus, yaitu belanja bulanan.

Hal ini ditambah lagi dengan segala macam promosi yang ditawarkan oleh pihak Lotte Mart, mulai dari ayam broiler yang biasanya seharga 20ribuan, menjadi 15 sampai 18 ribu saja. Minyak goreng yang biasanya berkisar diantara 22 ribu keatas, namun di Lotte Mart hanya 18 ribu rupiah saja per dua liternya, juga udang yang harganya sekilo adalah 56 ribu rupiah. Bahkan lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar, yaitu 65 ribu rupiah per kilo. Padahal jenis udangnya sama. Lotte Mart yang besar itu pun akhirnya dibanjiri dengan lautan manusia yang bersaing adu kecepatan untuk mendapatkan barang dengan harga murah. Perbedaan harga memang tidak seberapa, namun jika berbelanja dalam jumlah besar, akan sangat terasa perbedaannya.

Tidak hanya barang kebutuhan sehari-hari saja, barang-barang lain seperti kursi plastik, elektronik, sepeda, dan meja plastik juga termasuk barang yang masuk dalam list promosi dari Lotte Mart. Semua yang berkunjung kesana seakan tak ingin ketinggalan euphoria dari adanya grand opening Lotte Mart yang baru. Bahkan, gw sempet melihat ada satu keluarga, terdiri dari bapak, ibu, dan anak, yang membawa belanjaan berupa alas setrika dengan menggunakan motor! bayangkan. Demi mendapatkan barang dengan harga murah, mereka sampai tidak menghiraukan keamanan dan kenyamanan bagi mereka sendiri.

Dari sini gw kemudian berpikir, betapa tingkat konsumerisme dari masyarakat Indonesia sangat tinggi. Jelas saja ini menjadi sasaran empuk pengusaha yang ingin melakukan ekspansi perusahaannya. Sebagai salah satu negara berkembang dengan indikator jumlah penduduknya yang banyak, tentu saja kebutuhan hidup pun semakin bertambah. Pengusaha pun berlomba-lomba dan berusaha menciptakan demand masyarakat terhadap barang atau jasa yang diproduksinya.

Di satu sisi memang hal ini bisa membuat sirkulasi ekonomi negara ini berjalan dengan baik. Terlalu banyak rumah tangga yang melakukan saving terhadap pendapatannya akan membuat sirkulasi uang yang beredar di masyarakat sedikit, akhirnya terjadi deflasi, yang tentu saja dapat berujung kepada PHK, karena masyarakat menunda pembelanjaan, akibatnya barang-barang yang dijual tidak laku, dan perusahaan tidak mampu untuk membayar pekerjanya.

Namun, alangkah baiknya jika barang yang dikonsumsi itu merupakan hasil produksi dari negara ini. Sulit memang, melihat terkadang kualitas barang produksi Indonesia kalah bersaing dengan barang produksi luar negeri yang mungkin sudah ditunjang dengan teknologi yang super canggih. Kita sebagai negara berkembang hanya mampu mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi, yang kemudian di ekspor ke negara maju, diolah menjadi barang jadi, dan kita kemudian mengimpor barang jadi tersebut. Walaupun memang, tidak semua kualitas produk buatan Indonesia lebih rendah daripada buatan luar negeri.

Perbaikan dan pengembangan dari berbagai lini pun dibutuhkan agar meningkatnya konsumerisme dari masyarakat berbanding lurus dengan jumlah barang yang diproduksi sendiri. Tentu saja hal ini juga harus didukung oleh pemerintah dan masyarakatnya sendiri untuk membeli dan bangga terhadap produk negeri sendiri. Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah mencintai produk Indonesia dan dengan bangga menggunakannya?

Saturday 24 September 2011

A Piece of Life

Hari ini seperti biasa, menjadi sopir buat mama dan adek tersayang.. Pagi hari dimulai ke gereja, setelah beberapa hari ini niatnya pengen ke gereja, tapi entah kenapa, pasang alarm jam 4 pagi, ujung ujungnya kalau ga di snooze, di stop. Bangun bangun, jegeeer! udah jam setengah 6 pagi, which is misanya udah mulai, atau bahkan jam setengah 9 pagi. Yaallah. Siang banget gw bangun. haha. Tapi hari ini, Puji Tuhan, malaikat baik menang diatas setan yang bernaung di dalam diri gw. hehe. Awalnya mau bangun pagi beraaaatt banget. Apalagi buat ngebuka mata. Rasanya sepeet banget. Tapi setelah cuci muka, gosok gigi, wah. Nikmat banget. Udara masih bersih, masih sunyi senyap, dan yang terpenting, jalanan kosong! hahaha. Tapi emang dasarnya orang Jakarta, masih pagi, ga bisa ngeliat jalanan kosong. Jam 5 pagi bahkan orang-orang nyetir uda kaya ngejar maling. Ngebut semua. ckckck.

Selesai ke gereja, doa sebentar, kicau burung terdengar dari luar pintu gereja yang dibuka. Wah. Jarang banget sekarang denger kicau burung di Jakarta. Karena gw rasa -selain sekarang jadi pengangguran dan gw bangunnya kesiangan terus- burung-burung pada ngambek karena tempat mereka hidup pada ditebangin dan dijadiin jalanan. Suara air kolam di depan gereja juga semakin membuat kesejukan pagi ini bertambah, apalagi di dalamnya ada ikan koi yang lucu banget dan selalu berenang mengikuti pergerakan badan gw yang mungkin di dalam pikiran mereka, gw akan memberikan makan, padahal iseng aja ke kanan kiri. Jarang-jarang ngerjain ikan koi di gereja. hihi

Dan hari ini, terasa sangat panjang. Bertemu dengan banyak orang, berbagai macam tipe dan kondisi. Akhirnya timbullah pembicaraan antara gw dengan beberapa orang, dalam waktu yang berbeda, topik yang berbeda pula, dan dengan emosi yang berbeda pula. Hal ini membuat gw merasa sangat terberkati dan sangat bersyukur sama Tuhan karena gw dipertemukan dengan orang-orang seperti mereka yang "mengajarkan" gw beberapa hal dalam hidup ini..

Here comes the first, my lovely mom..
it's nice to tell a story, have a quality time and share something to your mom, isn't it?
bisa membicarakan banyak hal, mulai dari kuliah, kerjaan, pacaran, pernikahan, tentang persiapannya, kehidupan rumah tangganya, seneng susahnya, cara momong anak, kedekatan sama anak. Wah. My mom is the best mom in the world, and thank God, karena memberikan ibu sebaik dan sesabar mama. Yaa walaupun cerewet dan berisik banget sih. Apalagi masalah pekerjaan rumah tangga. hhaha. Capek mah. But then, when i said that, my mom always say "jadi ibu itu harus capek memang. Kerja ga ada berhentinya dari pagi sampai malam. Sekarang mama cerewet, nanti kamu jadi ibu-ibu juga pasti cerewet." oh well. Mungkin juga si. haha. And trust me, satu hal yang sangat orang tua inginkan saat anaknya beranjak dewasa adalah untuk tetap bisa dekat dengan anaknya dan berbagi cerita dengan anaknya. Sayangnya, kadang anak merasa hal itu "mengganggu". Mamanya mau a, maksudnya c, anaknya mau b, maksudnya d. jatuhnya malah berantem. Itulah kemudian pelajaran pertama yang gw dapatkan, ketika orang tua ingin tetap merasa dekat dengan anaknya yang beranjak dewasa dan ingin anaknya lebih baik.

and here comes the second..
Malam ini, seperti biasa, kuliah adalah rutinitas. Tapi karena sekarang jadi sopir, jadi jadwalnya kan tergantung ibu bos -baca: nitol, a.k.a adek- dan juga tergantung ibu pejabat -baca: mamah- jadi ya setelah tugas antar jemput sudah selesai, maka gw pun ga tahu apa yang akan dilakukan, untungnya malaikat lagi bernaung, jadi ada ilham untuk belajar di kampus sebelum kuliah. haha. Sampai di kampus, belajar sebentar, saatnya makan malam sebelum kuliah. Makan malam diiringi canda tawa yang berujungkan pada cerita mengenai kehidupan. Yaitu kehidupan berpacaran dan tentang pernikahan. Gw sangat terkejut dan berdecak kagum dengan teman gw yang mengatakan, "Aku uda nikah, tapi sekarang suami aku uda ga ada. Umur pernikahan kami hanya 4 tahun, tapi kami berpacaran selama 13 tahun, mulai dari smp" Wow! very inspiring. Kayanya gw pas denger itu melongo deh. haha. Suaminya meninggal sejak tahun 2003, di usia yang masih sangat muda, 33 tahun. Bersama suaminya itu dia tidak memiliki anak kandung, tapi anak adopsi, yang sekarang berusia 6 tahun. Bahkan sudah 8 tahun berlalu, dan dia masih selalu membawa foto suaminya di dompetnya. "Ini foto suami aku", dia berkata dengan tatapan mata yang masih dipenuhi dengan cinta yang tulus. Kemudian dia melanjutkan ceritanya, "Dulu kita sempet jalan sendiri, tapi ga putus. Yaa kurang lebih setahun ga berhubungan, sampai pernah suatu hari ada yang "nembak" aku, eh terus aku mikir, sebentar, kayanya ga bisa deh, soalnya kayanya aku uda punya pacar dan belum putus". Seketika gelak tawa pun terdengar. Yaampun. bahkan sampai lupa kalau punya pacar. Dan sampai sekarang, temen gw pun berjuang menjadi single parents bagi anaknya dan tidak, atau belum menikah lagi, walaupun ada yang mendekatinya. Dia merasa masih belum menemukan yang sebaik suaminya yang menerima apa adanya. Pelajaran kedua yang kemudian gw dapatkan, tentang kesetiaan dan ketulusan cinta. Menunggu untuk seseorang yang masih berada di dunia aja kadang kita ngeluh, merasa ga sanggup, apalagi ngebayangin menunggu seseorang yang uda ga ada. Lebih berat lagi pasti. Selain sulitnya menerima pasangan apa adanya. Tapi dia menjalankannya dengan senang hati dan penuh rasa syukur atas apa yang pernah Tuhan berikan kepada dirinya: suaminya, pasangannya. Dan kenangan indahnya bersama sang suami akan tetap dia simpan dalam ruangan kecil di hatinya.

Inilah kemudian yang ketiga.
Masih berhubungan dengan kisah pembelajaran yang pertama, namun dari sudut pandang yang berbeda. Ketika perjalanan pulang setelah kuliah, cerita demi cerita tersumbar dari mulut sang sahabat. Ketika dia bercerita betapa ibunya sangat menyebalkan dan memperlakukannya seolah dia masih seperti anak kecil, pas disaat dia merasa lelah dengan keadaan dirinya yang baru tidur beberapa jam saja karena padatnya pekerjaan yang harus diselesaikan. Apalagi ketika sang ibu menelpon kepada bos teman gw yang tak lain adalah saudaranya sendiri, membuat teman gw menjadi semakin sebal, karena semakin memperkeruh suasana. Sang ibu berucap bahwa anaknya tidak memiliki fisik yang begitu kuat, dan takut kuliahnya terbengkalai. Di lain hal, sang ibu menginginkan anaknya pulang setelah hampir seminggu anaknya tidur dirumah eyangnya. Sang anak tidak mau. Ibunya kemudian "mengutus" keponakan lainnya untuk menemani anak perempuannya itu dirumah neneknya yang kosong. Hingga akhirnya terjadilah pertikaian antara keduanya hingga mereka menangis. Dalam hati, sang anak merasa bersalah, mungkin demikian pula dengan sang ibu. Pelajaran lainnya, selain kita harus "menebalkan" kesabaran, juga menjaga emosi dan jangan mendiskreditkan kemampuan orang lain. Ketika seorang anak sudah besar, mereka juga akan bertanggung jawab dengan apa yang telah dipilihnya.

Dan pelajaran selanjutnya..
Adalah ketika gw sampai dirumah dan ngobrol dengan kawan lama. Kami membahas tentang negara ini, korupsi, acara televisi, hingga akhirnya tentang cerita nyata yang berkisah tentang bocah berumur 5 tahun yang merawat ibunya yang lumpuh, seorang diri, sebatang kara. Tanpa ada kehadiran sang ayah, maupun sanak saudara lainnya. Membaca cerita ini membuat gw ingin menangis. Disaat anak lain yang seumuran dengan anak tersebut bermain dengan gembira bersama teman-temannya, bocah lucu itu harus merawat ibunya yang lumpuh, mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci baju, menyetrika, dan menyapu. Semua dikerjakannya tanpa bantuan orang lain, dan dia tidak mengeluh dalam menjalaninya. Cita-citanya pun sungguh sederhana, namun dengan berat hati harus dia tinggalkan, yaitu untuk bersekolah dan mengaji. Pelajaran lainnya yang gw dapatkan, menjalani semua dengan ketabahan hati, pasrah dan dengan senang hati, sesulit apapun itu. Pasti selalu ada jalan untuk setiap masalah, dan selalu ada sisi positif dan pembelajaran dari setiap masalah. Mungkin sulit dilakukan, namun tak ada salahnya mencoba berpikir positif bukan? karena hidup itu adalah proses belajar untuk menjadi lebih baik :). Selain itu, hal lain adalah tentang keluarga. Family is one of the best gift from God. Whatever it is, keluarga itu memang selalu yang pertama menolong saat susah. Ga kebayang kalau ga ada keluarga. And again, thanks God, You send me a wonderful family.

Dan..Yap. Setelah mendengarkan dan membaca kisah kisah tersebut yang diungkapkan orang-orang yang gw kenal, membuat gw merasa sangat bersyukur dan berterima kasih. Kepada Tuhan karena telah mengirim kalian dalam kehidupan gw, mempertemukan gw dengan orang-orang luar biasa seperti kalian dan memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang kehidupan, dan hal yang ada di dalamnya. Tak ada kata lain yang bisa gw ucapkan selain, Terima kasih kepada kalian semua. Gw sangat beruntung dipertemukan oleh orang seperti kalian. :)

Friday 22 July 2011

Perbedaan antara Economies of Scale dengan Economies of Scope, dan Perbedaan Learning Curve dengan Economies of Scale

Perbedaan antara Economies of Scale dengan Economies of Scope

Seiring dengan terjadinya peningkatan output, biaya rata-rata perusahaan untuk menghasilkan output akan cenderung menurun, setidaknya dalam beberapa hal atau input produksi. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa alasan seperti:

a. Jika perusahaan beroperasi pada skala yang lebih besar, pekerja dapat mengkhususkan diri dalam kegiatan di mana mereka paling produktif.

b. Skala dapat membuat pekerjaan lebih fleksibel. Dengan adanya variasi dari kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output perusahaan, manajer dapat mengatur proses produksi yang lebih efektif

c. Perusahaan mungkin dapat memperoleh beberapa input produksi dengan biaya yang lebih rendah karena mereka membeli dalam jumlah besar. Kombinasi dari input mungkin berubah jika manajer mengambil keuntungan dari input biaya lebih rendah.

Namun, pada suatu titik tertentu, kemungkinan biaya rata-rata produksi akan mulai meningkat dengan output bisa saja terjadi. Terdapat beberapa alasan yang mengakibatkan perubahan ini, yaitu:

a. Dalam jangka pendek, ruang pabrik atau kapasitas pabrik dan mesin membuat lebih sulit bagi para pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

b. Mengelola perusahaan yang lebih besar mungkin menjadi lebih kompleks dan tidak efisien karena jumlah tugas yang semakin banyak.

c. Keuntungan membeli dalam jumlah besar mungkin telah menghilang setelah mencapai jumlah tertentu. Pada titik tertentu, pasokan yang tersedia untuk input pokok mungkin terbatas, dan hal ini akan mendorong biaya yang akan dikeluarkan menjadi lebih banyak.

Hal diataslah yang disebut dengan analisis long run dan short run. Dimana dalam analisis inilah kemudian diketahui atau ditemukan suatu istilah yang dinamakan economies of scale, yaitu situasi dimana output yang dihasilkan atau didapatkan oleh perusahaan bisa 2 kali lebih banyak dari sebelumnya, tanpa membutuhkan biaya sebesar 2 kali lipatnya.

Contohnya adalah dalam pabrik pembuatan lemari kaca. Awalnya mereka mampu memproduksi sebesar 1000 lemari dengan harga Rp 2.500.000,00. Dimana kemudian karena adanya efisiensi dari penggunaan mesin dalam perusahaan, akhirnya perusahaan dapat memproduksi 2000 lemari dengan harga Rp 2.000.000,00. Total production cost akan meningkat menjadi 4 miliar dari sebelumnya yang sebesar 2,5 miliar. Tapi biaya per unit nya akan turun dari Rp 2.500.000,00 menjadi Rp 2.000.000,00. Asumsi perusahaan menjual lemari tersebut dengan harga 3.500.000,00 per buahnya, maka profit margin yang didapatkan awalnya hanya sebesar Rp 1.000.000,00 meningkat menjadi sebesar Rp 1.500.000,00 untuk setiap buahnya.

Economies of scale biasanya dihitung dengan menggunakan pendekatan elastisitas cost-ouput (EC), dimana rumusnya adalah:




Ec = ( DC / C ) / ( Dq / q )


Dimana C adalah cost (biaya)

DC adalah perubahan jumlah biaya yang dibutuhkan

q adalah jumlah barang yang dihasilkan

Dq adalah perubahan jumlah barang yang dihasilkan


Sedangkan economies of scope adalah situasi dimana joint output dari satu perusahaan lebih besar dibandingkan dengan output yang akan dicapai oleh dua perusahaan berbeda yang memproduksi barang yang sama. Atau singkatnya dimana satu perusahaan memproduksi lebih dari 1 jenis barang. Untuk mengukur derajat dari economies of scope, kita harus tahu berapa persen dari biaya produksi yang disimpan/tersimpan ketika dua atau lebih produk barang diproduksi secara bersama sama dibandingkan secara individual (satu perusahaan memproduksi 1 jenis barang), yaitu dengan rumus:


SC = (Cq1) + (Cq2) - C(q1,q2)

____________________

C(q1,q2)


Dalam economies of scale, pengurangan biaya rata rata produksi digunakan untuk menambah total produksi dalam jenis barang yang sama, sedangkan untuk economies of scope, penurunan biaya rata rata produksi akan digunakan untuk memproduksi 2 jenis barang atau lebih. Maka dalam perusahaan akan ada keragaman hasil produksi.

Contohnya adalah perusahaan travel Jakarta-Bandung. Dalam satu perusahaan terdapat berbagai jenis macam produk. Awalnya hanya transportasi Jakarta-Bandung, tapi kemudian ada produk lain juga yaitu taksi dan pengiriman barang. Sehingga ada keragaman produksi, dimana dapat meningkatkan efektifitas dari perusahaan tersebut. Seperti pada saat ada pengiriman barang ke Bandung, akan lebih efektif ketika pengiriman barang bersamaan dengan keberangkatan travel ke Bandung.


Perbedaan antara learning curve dengan economies of scale

Learning curve adalah Grafik yang terkait jumlah input yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan setiap unit output, dengan output kumulatif. Biaya produksi Sebuah perusahaan bisa jatuh dari waktu ke waktu ketika manajer dan pekerja menjadi lebih berpengalaman dan lebih efektif dalam menggunakan peralatan yang tersedia. Learning curve menunjukkan sejauh mana jam kerja yang diperlukan per unit output sebagai meningkatkan output kumulatif.



Gambar diatas adalah gambar learning curve yaitu yang menghubungkan antara jumlah waktu yang dipakai dengan jumlah output kumulatif. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas akan kurang setiap kali tugas dilakukan. Waktu unit akan mengurangi pada tingkat yang menurun. Penurunan waktu akan mengikuti pola tertentu.

Learning curve dapat bervariasi antara satu produk lain dan dari satu organisasi dengan yang lainnya. Tingkatnya tergantung pada faktor-faktor seperti kualitas manajemen dan potensi dari proses dan produk. Selain itu, dapat dikatakan bahwa setiap perubahan personil, proses, atau produk mempengaruhi learning curve. Akibatnya, harus berhati-hati dan teliti dalam mengasumsikan bahwa satu learning curve yang terus-menerus dan permanen.

Learning curve cukup berguna dalam berbagai aplikasi, termasuk evaluasi strategis perusahaan dan kinerja industri, peramalan tenaga kerja internal, biaya mendirikan dan anggaran, perencanaan produksi, dan pembelian eksternal. Teori learning curve didasarkan pada dua kali lipat produktivitas (economies of scale) Lebih khusus lagi, ketika output atau produksi ganda, penurunan waktu per unit mempengaruhi tingkat learning curve.

Contohnya adalah dalam industri pesawat. Learning curve berkaitan dengan kebutuhan tenaga kerja per pesawat dengan jumlah kumulatif pesawat yang diproduksi. Karena proses produksi menjadi lebih terorganisir dan pekerja semakin tahu dan paham dengan pekerjaan mereka, kebutuhan tenaga kerja turun drastis.

Sedangkan economies of scale, seperti yang kita ketahui dan disebutkan diatas, memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat learning curve, yaitu dari segi total output yang diproduksi, atau yang dalam learning curve disebut dengan output cumulative. Dimana semakin tinggi jumlah outputnya, maka jumlah tambahan pekerja yang dibutuhkan akan semakin sedikit. Sehingga hal ini pun juga dapat mempengaruhi efektifitas dari perusahaan.

Referensi:

http://tutor2u.net/business/gcse/production_economies_of_scale.htm

www.foundationcoalition.org/resources/ie/Learning/Learning.ppt

http://www.pakistanacca.com/2010/05/12/learning-curve-thoery-paper-f5/

Pindyck and Rubinfield, “Microeconomics”, ed. 8, chapt. 7, Pearson Education, 2009.

Analisis Peningkatan Permintaan Sepeda Terhadap Produksi dan Pasar Sepeda


Saat ini, permintaan sepeda oleh konsumen dari tahun sebelumnya ke tahun 2011 meningkat sekitar 15% - 20%. Hal ini terjadi seiring dengan adanya perubahan gaya hidup, kebiasaan, dan selera masyarakat, yaitu gaya hidup go green. Apalagi kampanye bike to work dan adanya regulasi pemerintah mengenai car free day semakin mendukung perubahan gaya hidup dan selera masyarakat terhadap sepeda, sehingga pengguna alat transportasi sepeda pun meningkat, yang berimplikasi terhadap permintaan sepeda yang juga meningkat.

Seperti kita ketahui, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pergeseran permintaan. Yang paling utama adalah berubahnya harga barang tersebut. Apabila yang terjadi adalah perubahan harga, dan yang lain diasumsikan tetap (ceteris paribus), maka yang terjadi adalah perubahan jumlah barang yang diminta, atau movement along demand curve, dan bukan fungsi permintaannya yang berubah.

Namun, dalam hal permintaan sepeda ini, yang mempengaruhi peningkatan permintaan sepeda adalah hal diluar harga barang, yaitu selera masyarakat, dalam hal ini adalah gaya hidup, kebiasaan. Maka permintaan masyarakat terhadap sepeda pun bertambah, yang mengakibatkan kurva permintaan bergeser ke kanan, atau shifthing ke kanan, seperti yang diperlihatkan dalam kurva permintaan di bawah ini.



Dalam gambar diatas, yang terjadi pada permintaan sepeda adalah kurva permintaan bergeser dari kurva D, menjadi D1.

Tentu dengan adanya peningkatan permintaan sepeda ini, produsen pun harus meningkatkan jumlah produksinya untuk memenuhi peningkatan ini. Tapi peningkatan produksi ini pun tidak dapat dilakukan dengan tanpa perhitungan yang tepat. Perusahaan harus memperhatikan biaya produksi yang dibutuhkan, produktivitas, kapasitas maksimum produksi, serta efesiensi dari penggunaan faktor produksi yang ada, seperti teknologi,dan juga sumber daya manusia yang dimiliki.

Keputusan tingkat produksi senantiasa berkaitan dengan tingkat produktivitas faktor-faktor produksi yang digunakan. Dalam teori produksi pun disebutkan bahwa produktivitas yang tinggi akan menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah.

Membicarakan tentang biaya inipun juga memiliki dimensi waktu. Dalam arti, tidak selamanya produktivitas yang tinggi dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah, karena pada saat produksi jangka panjang, semua biaya adalah variabel. Tidak seperti pada produksi jangka pendek, dimana terdapat fixed cost atau biaya tetap, yaitu biaya yang besar pengeluarannya tetap, sekalipun perusahaan tidak berproduksi, seperti contohnya adalah mesin.

Dari data yang ada, dapat ditotal jumlah dari produksi sepeda yang ada di Indonesia adalah kurang lebih sebesar 1.468.000 unit. Ini dilihat menurut produsen besar sepeda, yaitu united bike, wim cycle dan juga polygon. Jika asumsi produsen sepeda yang kecil mampu berproduksi sekitar 0,1% dari total yang diproduksi oleh produsen besar tersebut, atau sekitar 5 sepeda per hari, maka total produksi dari sepeda dalam negeri adalah sekitar 1.469.468 unit. Tentu angka ini masih sangat jauh dari jumlah permintaan sepeda di pasar, walaupun akhirnya banyak para importir yang melihat peluang ini, dan akhirnya merekalah yang ‘mengisi’ permintaan dari para konsumen.

Dan yang menjadi pemikiran para produsen sepeda adalah mereka berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi., Harus ada beberapa hal yang diperhatikan, salah satunya adalah besarnya biaya rata-rata. Dalam menggambarkan kurva biaya rata – rata terdapat sifat penting yaitu bahwa kurva AVC dan AC akan dipotong oleh MC pada titik terendah di masing – masing kurva

Dengan kata lain ketika kurva AVC dan AC turun maka kurva MC ada dibawah kedua kurva tersebut, dan jika AVC dan AC naik maka MC pasti terletak di atas kedua kurva tersebut. Seperti terlihat pada kurva dibawah ini

Dengan memproduksikan barang pada tingkat dimana perbedaan diantara hasil penjualan total dengan biaya total adalah yang paling maksimum atau dengan memproduksi barang pada tingkat dimana hasil penjualan marginal sama dengan biaya marginal. Saat inilah seharusnya produsen sepeda memproduksi sepedanya.

Selain jangka pendek, perlu juga dilihat biaya total rata-rata jangka panjang seperti yang terlihat dalam kurva dibawah ini


Apabila produsen sepeda berpandangan bahwa tingkat output yang memberikan laba adalah titik A, maka dalam jangka pendek, produsen sepeda akan memutuskan berproduksi dengan pabrik kecil, atau pada kurva biaya rata-rata AC1. Namun karena permintaan pasar yang cukup besar, dan perkiraan produsen tentang pasar sepeda semakin besar, kedepannya, maka jumlah sepeda yang harus diproduksipun harus ditingkatkan, sehingga kuantitas produksi yang dibutuhkan pun sebanyak QC, dengan biaya rata-rata minimum titik C. Karena inilah akhirnya produsen memilih pabrik skala besar.

Selain perhitungan biaya total rata-rata, perusahaan juga harus memperhatikan teknologi produksi dan juga sumber daya manusia yang tersedia di perusahaan. jangan sampai teknologi sudah canggih, tapi karyawan atau yang ahli di bidang pembuatan sepeda tidak mencukupi, karena hal ini justru akan mengakibatkan inefisiensi yang cukup besar.

Jika dilihat menurut perkembangan pasar sepeda di Indonesia, yang terjadi adalah persaingan monopolistic, karena di dalam pasar ini, produk yang ada terdiferensiasi (differentiated product). Dapat dilihat dari banyaknya jenis sepeda. Mulai dari sepeda gunung (MTB), sepeda lipat, sepeda bmx, sepeda fixie, dan masih banyak lagi, dimana di setiap jenisnya pun memiliki spesifikasi yang berbeda pula.

Jika seseorang pergi ke toko sepeda, maka orang tersebut dapat membedakan sepeda berdasarkan produsennya, karena merk memiliki kekuatan yang cukup besar daam pasar monopolistic. Ini juga salah satu indikator mengapa sepeda termasuk ke dalam pasar persaingan monopolistic, karena dalam pasar persaingan sempurna, konsumen membeli barang tanpa perlu membedakan siapa produsennya. Yang ada dalam pasar ini adalah garam. Ketika orang membeli garam, maka merk apapun, atau produsen manapun tidak akan berpengaruh, karena semua garam, bagi konsumen sama. Tidak ada diferensiasi produk. Sedangkan dalam pasar sepeda tidak demikian.

Selain itu, di dalam pasar sepeda, juga terdapat banyak produsen, tidak hanya ada 1 produsen saja. Baik perusahaan yang memproduksi dalam skala besar, maupun produsen yang memproduksi dalam skala yang kecil, atau industri rumahan.

Salah satu ciri lainnya dari pasar persaingan monopolistic ini adalah bahwa para produsen dapat dengan bebas masuk dan keluar pasar (free entry and exit)


Referensi:

Raharja, Prathama. Teori Ekonomi Mikro (Suatu Pengantar). ed. 3. Fakultas Ekonomi UI.

http://agsasman3yk.files.wordpress.com/

http://b2w-indonesia.or.id/

http://dertyue.com/

http://industri.kontan.co.id/

http://www.ripiu.com/

http://she2008.wordpress.com/