Saat ini, permintaan sepeda oleh konsumen dari tahun sebelumnya ke tahun 2011 meningkat sekitar 15% - 20%. Hal ini terjadi seiring dengan adanya perubahan gaya hidup, kebiasaan, dan selera masyarakat, yaitu gaya hidup go green. Apalagi kampanye bike to work dan adanya regulasi pemerintah mengenai car free day semakin mendukung perubahan gaya hidup dan selera masyarakat terhadap sepeda, sehingga pengguna alat transportasi sepeda pun meningkat, yang berimplikasi terhadap permintaan sepeda yang juga meningkat.
Seperti kita ketahui, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pergeseran permintaan. Yang paling utama adalah berubahnya harga barang tersebut. Apabila yang terjadi adalah perubahan harga, dan yang lain diasumsikan tetap (ceteris paribus), maka yang terjadi adalah perubahan jumlah barang yang diminta, atau movement along demand curve, dan bukan fungsi permintaannya yang berubah.
Namun, dalam hal permintaan sepeda ini, yang mempengaruhi peningkatan permintaan sepeda adalah hal diluar harga barang, yaitu selera masyarakat, dalam hal ini adalah gaya hidup, kebiasaan. Maka permintaan masyarakat terhadap sepeda pun bertambah, yang mengakibatkan kurva permintaan bergeser ke kanan, atau shifthing ke kanan, seperti yang diperlihatkan dalam kurva permintaan di bawah ini.
Dalam gambar diatas, yang terjadi pada permintaan sepeda adalah kurva permintaan bergeser dari kurva D, menjadi D1.
Tentu dengan adanya peningkatan permintaan sepeda ini, produsen pun harus meningkatkan jumlah produksinya untuk memenuhi peningkatan ini. Tapi peningkatan produksi ini pun tidak dapat dilakukan dengan tanpa perhitungan yang tepat. Perusahaan harus memperhatikan biaya produksi yang dibutuhkan, produktivitas, kapasitas maksimum produksi, serta efesiensi dari penggunaan faktor produksi yang ada, seperti teknologi,dan juga sumber daya manusia yang dimiliki.
Keputusan tingkat produksi senantiasa berkaitan dengan tingkat produktivitas faktor-faktor produksi yang digunakan. Dalam teori produksi pun disebutkan bahwa produktivitas yang tinggi akan menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah.
Membicarakan tentang biaya inipun juga memiliki dimensi waktu. Dalam arti, tidak selamanya produktivitas yang tinggi dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah, karena pada saat produksi jangka panjang, semua biaya adalah variabel. Tidak seperti pada produksi jangka pendek, dimana terdapat fixed cost atau biaya tetap, yaitu biaya yang besar pengeluarannya tetap, sekalipun perusahaan tidak berproduksi, seperti contohnya adalah mesin.
Dari data yang ada, dapat ditotal jumlah dari produksi sepeda yang ada di Indonesia adalah kurang lebih sebesar 1.468.000 unit. Ini dilihat menurut produsen besar sepeda, yaitu united bike, wim cycle dan juga polygon. Jika asumsi produsen sepeda yang kecil mampu berproduksi sekitar 0,1% dari total yang diproduksi oleh produsen besar tersebut, atau sekitar 5 sepeda per hari, maka total produksi dari sepeda dalam negeri adalah sekitar 1.469.468 unit. Tentu angka ini masih sangat jauh dari jumlah permintaan sepeda di pasar, walaupun akhirnya banyak para importir yang melihat peluang ini, dan akhirnya merekalah yang ‘mengisi’ permintaan dari para konsumen.
Dan yang menjadi pemikiran para produsen sepeda adalah mereka berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi., Harus ada beberapa hal yang diperhatikan, salah satunya adalah besarnya biaya rata-rata. Dalam menggambarkan kurva biaya rata – rata terdapat sifat penting yaitu bahwa kurva AVC dan AC akan dipotong oleh MC pada titik terendah di masing – masing kurva
Dengan kata lain ketika kurva AVC dan AC turun maka kurva MC ada dibawah kedua kurva tersebut, dan jika AVC dan AC naik maka MC pasti terletak di atas kedua kurva tersebut. Seperti terlihat pada kurva dibawah ini
Dengan memproduksikan barang pada tingkat dimana perbedaan diantara hasil penjualan total dengan biaya total adalah yang paling maksimum atau dengan memproduksi barang pada tingkat dimana hasil penjualan marginal sama dengan biaya marginal. Saat inilah seharusnya produsen sepeda memproduksi sepedanya.
Selain jangka pendek, perlu juga dilihat biaya total rata-rata jangka panjang seperti yang terlihat dalam kurva dibawah ini
Apabila produsen sepeda berpandangan bahwa tingkat output yang memberikan laba adalah titik A, maka dalam jangka pendek, produsen sepeda akan memutuskan berproduksi dengan pabrik kecil, atau pada kurva biaya rata-rata AC1. Namun karena permintaan pasar yang cukup besar, dan perkiraan produsen tentang pasar sepeda semakin besar, kedepannya, maka jumlah sepeda yang harus diproduksipun harus ditingkatkan, sehingga kuantitas produksi yang dibutuhkan pun sebanyak QC, dengan biaya rata-rata minimum titik C. Karena inilah akhirnya produsen memilih pabrik skala besar.
Selain perhitungan biaya total rata-rata, perusahaan juga harus memperhatikan teknologi produksi dan juga sumber daya manusia yang tersedia di perusahaan. jangan sampai teknologi sudah canggih, tapi karyawan atau yang ahli di bidang pembuatan sepeda tidak mencukupi, karena hal ini justru akan mengakibatkan inefisiensi yang cukup besar.
Jika dilihat menurut perkembangan pasar sepeda di Indonesia, yang terjadi adalah persaingan monopolistic, karena di dalam pasar ini, produk yang ada terdiferensiasi (differentiated product). Dapat dilihat dari banyaknya jenis sepeda. Mulai dari sepeda gunung (MTB), sepeda lipat, sepeda bmx, sepeda fixie, dan masih banyak lagi, dimana di setiap jenisnya pun memiliki spesifikasi yang berbeda pula.
Jika seseorang pergi ke toko sepeda, maka orang tersebut dapat membedakan sepeda berdasarkan produsennya, karena merk memiliki kekuatan yang cukup besar daam pasar monopolistic. Ini juga salah satu indikator mengapa sepeda termasuk ke dalam pasar persaingan monopolistic, karena dalam pasar persaingan sempurna, konsumen membeli barang tanpa perlu membedakan siapa produsennya. Yang ada dalam pasar ini adalah garam. Ketika orang membeli garam, maka merk apapun, atau produsen manapun tidak akan berpengaruh, karena semua garam, bagi konsumen sama. Tidak ada diferensiasi produk. Sedangkan dalam pasar sepeda tidak demikian.
Selain itu, di dalam pasar sepeda, juga terdapat banyak produsen, tidak hanya ada 1 produsen saja. Baik perusahaan yang memproduksi dalam skala besar, maupun produsen yang memproduksi dalam skala yang kecil, atau industri rumahan.
Salah satu ciri lainnya dari pasar persaingan monopolistic ini adalah bahwa para produsen dapat dengan bebas masuk dan keluar pasar (free entry and exit)
Referensi:
Raharja, Prathama. Teori Ekonomi Mikro (Suatu Pengantar). ed. 3. Fakultas Ekonomi UI.
http://agsasman3yk.files.wordpress.com/
http://b2w-indonesia.or.id/
http://dertyue.com/
http://www.ripiu.com/
No comments:
Post a Comment